Konsumsi ganja atau marijuana merupakan salah satu masalah kesehatan yang semakin meningkat di kalangan remaja. Selain berdampak buruk pada kesehatan fisik, konsumsi ganja juga berpotensi meningkatkan risiko episode psikotik pada remaja.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh para ahli di University of Warwick menemukan bahwa remaja yang mengonsumsi ganja memiliki risiko dua kali lipat mengalami episode psikotik dibandingkan dengan remaja yang tidak mengonsumsi ganja. Episode psikotik adalah kondisi mental yang ditandai dengan hilangnya kontak dengan realitas, delusi, dan halusinasi.

Ganja mengandung zat aktif bernama tetrahydrocannabinol (THC) yang dapat mempengaruhi kerja otak dan sistem saraf, termasuk meningkatkan produksi dopamin. Peningkatan dopamin ini dapat mengganggu fungsi otak dan menyebabkan gangguan psikotik.

Remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap efek negatif konsumsi ganja karena otak mereka masih dalam masa perkembangan. Konsumsi ganja pada usia remaja dapat mengganggu proses pembentukan dan koneksi sel-sel otak yang penting untuk fungsi kognitif dan emosional.

Untuk itu, penting bagi orang tua dan masyarakat untuk memberikan pemahaman tentang bahaya konsumsi ganja pada remaja. Edukasi tentang risiko episode psikotik dan dampak negatif lainnya dari konsumsi ganja dapat membantu remaja untuk membuat keputusan yang lebih baik terkait penggunaan obat-obatan terlarang.

Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan upaya dalam pencegahan konsumsi ganja di kalangan remaja melalui program-program sosialisasi dan penegakan hukum yang lebih ketat terhadap peredaran ganja. Dengan demikian, diharapkan dapat mengurangi kasus episode psikotik dan masalah kesehatan mental lainnya yang disebabkan oleh konsumsi ganja pada remaja.